TEORI
KOGNITIF-SOSIAL ALBERT BANDURA
Fungsi utama dari pikiran adalah memungkinkan orang
untuk mempredikso kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol kejadian
yang mempengaruhi hidup mereka (Bandura, 1995).
PRINSIP BELAJAR
Teori kognitif-sosial Albert Bandura berusaha
menjelaskan belajar dalam latar naturalistik. Berbeda dengan latar
laboratorium, lingkungan sosial memberi banyak kesempatan bagi individu untuk
mendapatkan keterampilan dan kemampuan yang kompleks melalui observasi perilaku
model dan konsekuensi behavioral.
ASUMSI DASAR
Asumsi teori kognitif-sosial berkaitandengan hakikat
proses belajar dan hasil belajar.
Karakteristik
Alamiah Proses Pembelajaran
Definisi pembelajaran observasional dalam teori
sosial kognitif didasarkan kepada kelemahan yang teridentifikasikan dalam
pandangan sebelumnya akan pembelajaran imitatif.
1.
Pandangan lain
tentang belajar imitatif
2.
Asumsi tentang
belajar
a.
Mengabstraksi
informasi dari pengamatan terhadap orang lain, dan
b.
Membuat
keputusan tentang perilaku untuk diadopsi dan diberlakukan.
Asumsi dasar dari teori kognitif-sosial adalah bahwa
observasi dan proses pengambilan keputusan adalah mekanisme kunci dalam
perolehan perilaku prososial dan antisosial.
1.
Pembelajaran
dapat (a) Mengabstraksi informasi dari pengamatan terhadap orang lain, dan (b)
membuat keputusan tentang perilaku perilaku yang akan dijalankan.
2.
Tiga cara relasi
yang saling terkait antara perilaku (B), lingkungan (E), dan kejadian personal
internal (P) akan menjelaskan belajar.
3.
Belajar adalah
akuisi representasi simbolik dalam bentuk kode verbal atau visual.
Hasil belajar
Kode memori dari perilaku yang diamati dikenal
sebagai system representasional (Bandura, 1971b, 1986). Dua tipe sistemnya
adalah visua (imajinal) dan verbal-konseptual. Kedua tipe kode simbolik ini
mencakup banyak informasi dalam bentuk yang mudah disimpan.
Tiga asumsi mendukung teori kognitif-sosial. Pertama, proses belajar membutuhkan
pemrosesan kognitif dan keterampilan pengambilan keputusan dari si pembelajar. Kedua, belajar adalah tiga cara relasi
yang saling terkait yang terdiri dari lingkungan, faktor personal, dan
perilaku. Ketiga, belajar membuahkan
akuisi kode verbal dan visual dari perilaku yang mungkin akan dilakukan atau
tidak dilakukan di masa depan.
Komponen Belajar
a.
Model behavioral
b.
Konsekuensi dari
perilaku yang dicontohkan
c.
Proses internal
pembelajaran
d.
Keyakinan akan
ketangguhan diri si pembelajar
Model Kelakuan
Isu utama dalam model kelakuan (behavioral) adalah
macam dan akibatnya, pemodelan dalam media masa dan lingkungan computer,
karakteristik model, dan karakteristik pengamat.
Akibat model
Efek
|
Contoh
|
1.
Berfungsi
sebagai petunjuk untuk meniru perilaku orang lain
|
Meniru
kejahatan
|
2.
(a) memperkuat
atau (b) melemahkan sikap menahan diri untuk melakukan tindakan tertentu
|
Siswa
mencontek saat ujian: (a) dihukum atau (b) tidak dihukum
|
3.
Menunjukkan
pola perilaku baru
|
Acara memasak
di televisi
|
Fungsi utama adalah untuk mentransmisikan informasi
kepada pengamat. Pertama adalah model perilaku berfungsi sebagai dorongan
sosial untuk mengawali perilaku yang sama pada diri orang lain. Efek kedua modeling adalah memperkuat atau
memperlemah sikap menahan diri untuk melakukan perilaku tertentu.
Pelemahan sikap menahan diri untuk melakukan
perilaku tertentu terjadi melalui dua cara. Pertama,
lemahnya hukuman atas perilaku tercela. Kedua,
pemodelan kekerasan yang dapat dibenarkan, yang menambah legitimasi untuk
menggunakan kekerasan sebagai solusi masalah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi responsivitas
terhadap model :
1.
Atribut khusus
atau karakteristik model.
2.
Ketidakpastian
tentang arah tindakan tertentu
3.
Tingkat penguatan
intrinsik yang sudah ada di dalam situasi.
Konsekuensi
Perilaku
Tiga jenis konsekuensi yang mempengaruhi perilaku :
konsekuensi yang mewakili (vicarious
reinforment, seolah-olah dirasakan sendiri oleh pengamat), diasosiasikan
dengan perilaku yang diamati, dan konsekuensi langsung adalah hasil langsung
yang dimuculkan oleh perilaku imitatif selanjutnya dari si pengamat.
Agar penguatan pengganti (vicarious reinforcement) ini terjadi : (a) perilaku dari model
harus menghasilkan penguatan untuk perilaku tertentu, dan (b) reaksi emosional
positif harus terbangkitkan pada diri pengamat.
Akibat Utama
Konsekuensi Pengganti
Penguatan Pengganti
|
Hukuman Pengganti
|
Menyampaikan
informasi tentang perilaku mana yang tepat dalam latar tertentu
|
Menyampaikan
informasi tentang perilaku mana yang tidak tepat dalam setting tertentu.
|
Bangkitnya
respons emosional terhadap kesenangan dan kepuasan pada diri pengamat.
|
Cenderung
memunculkan pengaruh membatasi peniruan perilaku model (efek penghalang).
|
Setelah
penguatan yang berulang, efek motivasional-insentif akan muncul perilaku
mendapat nilai fungsional
|
Cenderung
mengurangi nilai status model karena perilaku fungsional tidak
ditransmisikan.
|
Hukuman
Pengganti
Tiga dampak pokok hukuman yang dikenakan pada model
: diberikan informasi tentang perilaku yang mungkin akan dihukum dan karenanya
tudak tepat untuk diikuti, pengaruh menahan diri terhadap perbuatan agresi
imitative (efek penghalang), perilaku yang ditransmisikan kepada pengamat tidak
sukses, maka status model kemungkinan akan turun di mata pengamat.
Proses
Internal Pemelajar
Pemrosesan kognitif terhadap peristiwa dan
konsekuensi potensial menjadi pedoman perilaku pemelajar. Empat komponen proses
bertanggung jawab dan kinerja adalah atensi, retensi, produksi motorik, dan
proses motivasi (Bandura, 1971a, 1977b).
Proses Atensional
Sumber
|
Pengaruh
|
Pengalaman penguasaan
|
Bukti paling
autentik dari kapabilitas seseorang untuk menguasai sumber daya yang
diperlukan untuk sukses
|
Pengalaman pengganti
|
Terutama berpengaruh
ketika tidak ada pengalaman langsung dalam satu situasi
|
Persuasi
|
Dapat membantu
individu yang berada di tengah kebimbangan
|
Keadaan fisiologis
dan emosional
|
Dapat memberi
informasi tentang ketangguhan
|
Efek dari
Keyakinan akan Ketangguhan Diri yang Tinggi dan Rendah
Ketangguhan Diri Tinggi
|
Ketangguhan Diri Rendah
|
|
Perilaku yang
berkaitan dengan tugas
|
1. Upaya diperkuat saat menghadapi
kesulitan
2. Keterampilan yang telah diperoleh
diintensifkan dan diperkuat dalam menghadapi kesulitan
3. Usaha dan perhatian difokuskan pada
tuntutan situasi
4. Membantu pengembangan diri melalui
keterlibatan dalam berbagai macam aktivitas dan pengalaman
5. Seseorang tidak terlalu stress dalam
menghadapi situasi sulit
6. Biasanya kegagalan lebih dikarenakan
kurangnya upaya ketimbang kurangnya kemampuan
7. Mengarah ke tujuan yang menantang,
mempertahankan, dan keterlibatan
|
1.
Upaya lamban
2.
Ada kemungkinan
mudah meinggalkan tugas saat menghadapi kesulitan
3.
Perhatian fokus
pada kekurangan dan kesulitan diri; masalah dibesar-besarkan
4.
Menghambat perkembangan
dengan menghindari lingkungan dan aktivitas yang beragam
5.
Seseorang mengalami
kecemasan dan stress dalam berbagai situasi kinerja
6.
Meragukan efektivitas
penggunaan keterampilan diri karena memperhatikan kekurangan diri
7.
Mengarah turunnya
aspirasi sebagai mekanisme menghindari stres
|
Efek jangka
panjang
|
Catatan: Dikompilasi dari Social Foundation of Thought and Action: A Social-Cognitive Theory oleh Bandura, 1986, Upper Saddle River,
NJ: Prentice Hall.