BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang SMK
Tritech Medan
Nama Sekolah
|
SMK Tritech Informatika Medan
|
Nomor Pokok Sekolah Nasional
|
10261412
|
Bidang Keahlian
|
Teknik Informasi Dan
Komunikasi
|
Program Keahlian
|
Teknik Komputer Dan
Informatika
|
Kelurahan / Kecamatan
|
Indra Kasih / Medan
Tembung
|
Propinsi
|
Sumatera Utara
|
Jalan
|
Jln. Bhayangkara No. 522
CDE
|
Telepon / Faximile
|
061 – 6635991 / 061 –
6641576
|
Status Sekolah / Akreditasi
|
Swasta / --
|
Nomor Surat Izin Berdiri
|
420/10985/PPMP/09
|
Tanggal Penetapan
|
06 Agustus 2010
|
Bangunan Sekolah
|
Milik Sendiri
|
Organisasi Penyelenggara
|
Yayasan Pendidikan Triadi
Teknologi
|
Website
|
|
Email
|
Berawal dari
niat suci Yayasan Bapak Zulkifli, SE, S.Sos untuk beribadah kepada Allah SWT
dan pengabdian dirinya bagi dunia pendidikan, SMK Tritech Informatika berdiri
diawali dengan dibukanya Lembaga Kursus Komputer dan Bahasa Inggris yang diberi
nama Tritech Quantum. Seiring dengan perkembangan dan tuntutan dari masyarakat
maka pada tanggal 20 Mei 2010 didirikanlah SMK Tritech Informatika
dengan memakai konsep SMK IT Modern.
SMK Tritech
Informatika memiliki 3 Program Keahlian, yaitu Teknik Keterampilan Jaringan,
Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak yang bertempat di Jl. Bhayangkara No. 522
Medan dan diasuh oleh Guru dan Dosen berpengalaman tamatan S1 dan S2 dari
Universitas Negeri dan Swasta yang terakreditasi oleh Badan Akreditasi
Nasional.
Pada saat ini
SMK Tritech Informatika mengasuh 1000 siswa/i, dengan jumlah pendidik sebanyak
80 orang dan tahun Ajaran 2012/2013 telah menempati gedung baru di Jl.
Bhayangkara No. 484 dengan jumlah kelas sebanyak 36 ruang.
Guna
pengembangan selanjutnya pada tahun 2013 akan dibuka STMIK dan PLSM , hal ini
dilakukan dalam rangka memenuhi keinginan masyarakat dan membantu program
Pemerintah dalam bidang Pendidikan.
B.
Visi
Menjadikan SMK berbasis teknologi Informatika
yang Unggul, Mandiri, Religius dan Berstandar Internasional
C.
Misi
1.
Siswa/i mampu menguasai komputer software dan hardware
serta jaringan IT
2.
Melahirkan generasi yang handal dalam bidang IPTEK,
IMTAQ dan berjiwa kebangsaan.
D.
Motto
CREATIVE GENERATION COMMUNITY
E.
Data
Observer
Observasi dibagi menjadi dua, yaitu
1. a.
Hari dan tanggal : Senin, 18 November
2013
b. Kelas : X TKJ 1
c. Mata
pelajaran : Bahasa Inggris
d. Guru : Azhari, S.S
e. Jumlah
siswa : 18 pria, 7 wanita
f. Pagi
( 08.00 wib - 08.30 wib ) : Anggi Gurning 091301100
Mufti Fadhilah 101301004
2. a.
Hari dan tanggal : Senin, 18 November
2013
b. Kelas : X TKJ 1
c. Mata
pelajaran : Kimia
d. Guru :
e. Jumlah
siswa : 18 pria 7 wanita
f. Siang
(11.20 wib - 12.00 wib ) : Rafita Attia 091301014
Andry Sony 091301079
Agita Sara 101301114
F.
Kondisi
Fisik Kelas
1.
Ukuran ruangan : ± 8.5m x 5m
2.
Sebuah kipas angin
3.
Kipas angin penyaring udara
4.
Sebuah AC
5.
Sebuah TV LCD
6.
Papan tulis putih (dibawah LCD)
7.
Sebuah jam dinding
8.
Sebuah CCTV disudut kiri atas (pandangan observer)
9.
Meja guru terletak di sudut kanan depan
(pandangan observer)
10. 12
meja siswa (3 kesamping, 4 kebelakang)
11. Jalan
keluar masuk ruangan (tanpa pintu)
12. Sebuah
pewangi ruangan
G.
Hasil
Observasi
1.
Observasi Pelajaran Bahasa Inggris
(Pagi)
Observer pagi hari
adalah Anggi dan Mufti. Kami melakukan observasi pada pukul 08.00-08.30. Pada
saat kami melakukan observasi, mereka sedang melakukan ujian Bahasa Inggris.
Ujian berlangsung selama kurang lebih 20 menit. Dan tampak siswa-siswi sedang
mengobrol satu sama lain. Sesekali mereka mencontek ke kiri dan kanan. Kadang
mereka mengobrol dengan gurunya. Dan ada beberapa siswa yang sibuk dengan
handphonenya. Ada pula yang sedang memainkan laptop ketika ujian berlangsung.
Dan guru yang bersangkutan tidak mengomentari tindakan siswa tersebut. Hubungan
antara guru dan murid terlihat sangat dekat. Hal ini bisa dibuktikan dengan
komunikasi yang berlangsung selama proses ujian. Selama ujian, guru berkeliling
sambil memeriksa jawaban mereka. Sesekali menanyakan kepada muridnya apakah
jawaban yang mereka tulis sudah benar. Guru bahasa Inggris tersebut berusaha
memancing ingatan siswa agar menuliskan jawaban yang benar.
Ruangan kelasnya tidak
memiliki pintu, sehingga suara-suara dari luar kelas mengakibatkan
siswa/siswinya sulit berkonsentrasi. Di dalam kelas terdapat sebuah CCTV, AC,
TV LCD, kipas angin dan pewangi ruangan. Bangku-bangku kelas tidak tersusun
dengan rapi, kebanyakan siswanya duduk di bagian tengah kelas. Di bagian
belakang kelas ada kerangka aluminium dan papan triplek. Ada juga tong sampah dan
sebuah kardus yang dijadikan tempat sampah. Dindingnya bersih dan ruangan kelas
dicat dengan warna kuning dan hijau. Pada saat kami mengobservasi, ada satu
orang siswa yang tidak masuk dan satu orang siswa yang ijin pulang karena
sakit.
2.
Observasi Pelajaran Kimia (Siang)
Observasi yang kami lakukan pada siang
hari adalah di kelas X-TKJ-1 yang sedang belajar kimia. Jumlah siswa di kelas
tersebut ada 18 orang pria dan 7 orang wanita. Tetapi pada hari itu ada dua
orang siswa yang tidak masuk kelas dengan alasan sakit. Observer berdiri di
belakang ruangan. Pada saat masuk ke kelas tersebut, tidak terdapat pintu
seperti kelas-kelas lainnya. Di belakang kelas tempat kami berdiri ada rak
panjang tersambung hingga sisi kanan ruangan. Bahan dari alumunium yang berwarna
silver dan ada beberapa tingkat. Cat ruangan kelas berwarna kuning dan hijau.
Di kelas tersebut ada beberapa macam bentuk meja dan kursi. Ada beberapa murid
yang menduduki kursi yang bersatu dengan mejanya, tapi ada juga murid yang
duduk di kursi yang terpisah dengan mejanya. Susunan duduk mereka berbeda dari
standart sekolah lainnya. Ada tiga murid yang duduk sejajar merapat ke dinding
di sisi kiri. Ada sedikit jarak dengan meja murid yang lain. Jarak tersebut
dipergunakan untuk tempat lewat. Meja murid-murid yang lainnya tersusun rapat
ditengah seakan tidak ada jarak buat mereka. Kemudian ada jarak lagi untuk
jalan dan beberapa meja yang tersusun sejajar kebelakang tapi mengarah serong
ke arah depan papan tulis yang berada ditengah dari sisi dinding. Meja guru
terletak di sudut kanan dari pandangan observer yang berada di belakang
ruangan. Papan tulis berwarna putih yang dilapisi oleh kaca tertempel di
dinding dan terletak di tengah dinding. Tv LCD
terletak di atas papan tulis, lalu disamping Tv ada jam dinding dan disamping
jam dinding ada kipas angin penyaring udara. Di sisi kanan dari Tv terdapat AC dan pewangi ruangan dan sisi kiri
dinding terdapat kipas angin yang tertempel. Di sudut kiri tepat di atas pintu terdapat
CCTV. Di belakang tempat kami berdiri
mengobservasi terdapat sapu, serokan sampah, sapu yang patah, tempat sampah,
kardus yang dijadikan tempat sampah dan kain pel.
Pada saat kami mengobservasi, guru
sedang menjelaskan mata pelajaran kimia yang materi dan bahannya yang ada di laptopnya
disambungkan ke Tv LCD yang tersedia
agar anak-anak dapat melihatnya. Sambil menjelaskan guru juga menggunakan papan
tulis dan spidol agar sesekali menulis materi agar lebih jelas. Anak laki-laki
yang duduk paling belakang menghidupkan laptop dan memainkannya sambil
mengerjakan sesuatu pada buku tulis yang terletak di atas mejanya disamping
laptop. Guru mendatangi murid tersebut menanyakan apa yang sedang dilakukannya.
Kemudian guru kembali menerangkan pelajaran dan meminta murid tersebut untuk
fokus memperhatikan penjelasan yang diberikannya. Pada saat ditanya guru, murid
menjawabnya secara bersama-sama, tapi ada beberapa murid yang tidak menjawab
malah bercerita dengan teman didekatnya.
Dengan keterbatasan waktu yang dimiliki
observer, maka observer tidak dapat mengikuti mata pelajaran tersebut sampai dengan
selesai.
BAB
II
TEORI
DAN PEMBAHASAN
A.
Teori
dan Pembahasan Observasi Mata Pelajaran Bahasa Inggris (Pagi hari)
A. 1. Teori Belajar Robert Gagne
Teori belajar Gagne mendeskripsikan kerangka
belajar yang terdiri dari tiga bagian antara lain:
1. Lima ragam belajar : ketrampilan
intelektual, strategi kognitif, informasi verbal dan keterampilan motorik atau sikap. Defenisi
berikut akan dijelaskan dibawah ini :
a. Keterampilan
Intelektual
Keterampilan-keterampilan
intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui
pengguaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Belajar keterampilan intelektual
telah dimulai sejak tingkat-tingkat pertama sekolah dasar dan dilanjutkan
sesuai dengan perhatian dan kemampuan intelektual seseorang. Maka pada saat
memecahkan masalah siswa X TKJ I memerlukan keterampilan intelektual yang cukup
baik disertai dengan media – media yang dapat membantu proses pembelajaran.
b. Strategi-Strategi
Kognitif
Dalam teori belajar
modern, strategi kokginitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu proses
internal yang digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah
cara-cara memberikan, perhatian, belajar, mengingat dan berpikir. Siswa X TKJ I
memberikan perhatian dengan cara yang berbeda, misalnya dengan cara
memperhatikan guru pada saat menjelaskan, mendengarkan, mencatat dan berdiskusi
untuk memecahkan masalah.
c. Informasi
Verbal
Informasi verbal juga
disebut pengetahuan verbal;menurut teori, pengeetahuan ini disimpan seebagai
jaringan proposisi-proposisi (Anderson.1985; E.D Gagne, 1985). Nama lain untuk
pengetahuan verbal ialah pengetahuan deklaratif.
d. Sikap-Sikap
Sikap merupakan
pembawaan yang dapat dipelajari, dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang
terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau mahkluk hidup lainnya. Sekelompok
sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain. Karena itu,
Gagne juga memperhatikan bagaimana siswa-siswa memperoleh sikap-sikap sosial
ini. Bagaimana sikap dan tindakan yang dilakukan oleh siswa X TKJ I untuk
merespon pembelajaran. Dan bagaimana sikap siswa – siswi X TKJ I terhadap
gurunya. Misalnya pada saat guru menjelaskan mata pelajaran di depan kelas ada
beberapa siswa yang mendengarkan, mencatat, tertawa dan mengobrol. Ini lah yang
dimaksud dengan sikap terhadap orang lain.
e. Keterampilan-keterampilan
motorik
Keterampilan-keterampilan
motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, melainkan juga
kegiatan-kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual,
misalnya bila membaca, menulis atau dalam pelajaran sains bagaimana menggunakan
berbagai macam alat, seperti mikroskop, berbagai alat-alat listrik dalam
pelajaran fisika, dan biuret, alat destilasi dalam pelajaran kimia. Siswa –
siswi X TKJ I menggunakan media atau alat bantu untuk mempermudah proses
belajar di kelas. Tetapi pada kelas X TKJ I, hanya ada satu siswa yang proses
belajarnya menggunakan laptop. Jadi proses pembelajarn yang terjadi memudahkan
siswa dalam mengerjakan tugas, meskipun hanya ia sendiri yang membawa alat
bantu.
2. Kondisi belajar internal : Prasyarat internal
untuk mempelajari kapabilitas tertentu dan seperangkat proses belajar kognitif.
Artinya kemampuan yang telah
ada pada diri si individu
sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru. Kondisi internal ini dihasilkan oleh seperangkat
proses transformasi informasi. Dilihat dari observasi pagi hari yang
kami lakukan proses pembelajaran dalam kelas prasyarat internal untuk menguasai
kemampuan tertentu belum dimiliki murid
karena dalam proses belajar banyak murid belum paham dan menguasai materi, hal ini terlihat ketika
mereka mengikuti ujian Bahasa Inggris mereka sebenarnya masih kelihatan
kebingungan dalam berfikir.
3. Kondisi belajar eksternal : Berupa dukungan lingkungan seperti stimuli
dari lingkungan yang berinteraksi dengan proses pembelajaran. Dimana (external condition) adalah situasi
perangsang di luar diri si pelajar. Kondisi
belajar yang diperlukan untuk belajar berbeda-beda untuk tiap kasus. Jenis kemampuan belajar yang berbeda akan
membutuhkan kemampuan belajar sebelumnya yang berbeda dan kondisi eksternal
yang berbeda pula. Misalnya
pada saat belajar di pagi hari kami melihat suasana belajar tetap baik meski
alat bantu pendukung seperti ac, lcd tidak dinyalakan di pagi hari.
A. 2. Teori Skinner
Kelompok membahas hasil observasi proses
belajar didalam kelas berdasarkan teori belajar Skinner. Teori belajar Skinner
mendeskripsikan kerangka belajar yang
terdiri dari tiga bagian antara lain:
1.
Tipe
konsekuensi yang mempengaruhi perilaku.
Respon yang diberikan pada lingkungan
untuk menghasilkan jenis konsekuensi yang berbeda, dan konsekuensi tertentu
menimbulkan pengulangan respons.
Pada saat kami mengobservasi, kelas
sedang melakukan ujian bahasa inggris. Kondisi kelas yang kurang kondusif
mengakibatkan kelas cukup ribut. Namun ketika guru mengatakan bahwa ujian
tersebut sangat mempengaruhi nilai akhir
mereka, mereka langsung serius mengerjakan soal- soal.Guru juga berusaha untuk
tidak menghukum siswa yang mencontek, namun setiap guru menegur mereka,
mereka langsung berusaha untuk
mengerjakan soal-soalnya sendiri.
2.
Efek emosional dari konsekuensi aversif.
Respons yang terjadi ketika diberikan
stimulus yang kurang menyenangkan. Ketika
salah seorang siswa yang ketahuan mencontek ditegur, murid tersebut langsung
menundukkan kepala dan menutup jawabannya. Ia langsung mengerjakan soal-soal
tanpa melihat kanan atau kirinya.
3.
Mekanisme
untuk individualisasi instruksi.
Stimulus yang diberikan untuk melihat
respons tiap subjek. Selama proses ujian berlangsung, guru memperhatikan setiap
siswanya. Guru berkeliling untuk melihat jawaban yang dituliskan mereka. Mulai
dari cara penulisan, sampai susunan kalimat yang mereka kerjakan. Guru mendatangi setiap siswanya, ada satu siswa yang
menuliskan jawaban yang salah dan guru mengajak siswanya untuk mengingat
kembali materi mereka minggu lalu. Dan ketika siswanya mengingat jawabannya,
siswa tersebut tersenyum dan menuliskan jawabannya.
B.
Teori
dan Pembahasan Observasi Mata Pelajaran Kimia (Siang hari)
B. 1. Teori Belajar Robert Gagne
Gagne berpendapat bahwa belajar
dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar
pengaruhnya adalah lingkungan individu. Lingkungan seseorang yang meliputi
lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial lainnya.
Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu
bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa belajar akan
mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan,
perubahan sikap, minat, atau nilai pada seseorang.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar,
yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan
aksi sebagai akibat dari stimulasi. Gagne juga mengemukakan mengenai
sistematika lima jenis belajar, fase-fase belajar implikasi dalam pembelajaran,
serta aplikasi dalam pembelajaran.
1.
Sistematika “Lima ragam belajar”
Sistematika
“Lima ragam belajar” ini memperhatikan pada hasil belajar yang diperoleh siswa.
Hasil belajar ini merupakan kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi
seseorang dan memungkinkan individu tersebut melakukan sesuatu yang dapat memberikan
prestasi tertentu. Sistematika ini mencakup semua hasil belajar yang dapat
diperoleh, namun tidak menunjukkan hasil belajar atau kemampuan internal satu
persatu. Akan tetapi, mengelompokkan hasil-hasil belajar yang memiliki
ciri-ciri sama dalam satu kategori dan berbeda sifatnya dari kategori yang
lain. Maka dapat dikatakan, sistematika Gagne meliputi lima kategori hasil
belajar.
a. Informasi
verbal
Ini
merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam
bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. Pengetahuan tersebut diperoleh dari sumber
yang juga menggunakan bahasa, lisan, maupun tertulis.
b. Keterampilan
intelektual
Keterampilan
intelektual adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan
dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai
lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar).
c. Strategi
kognitif
Merupakan suatu cara seseorang
untuk menangani aktivitas belajar dan berpikir sendiri, sehingga ia menggunakan
cara yang sama apabila menemukan kesulitan yang sama.
d. Keterampilan
motorik/gerak
Merupakan
kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam
urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai
anggota badan secara terpadu.
e. Sikap
Kompoen
terakhir yang merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam
mengambil tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.
2. Fase-fase belajar
Fase belajar ini berlaku bagi semua tipe
belajar. menurut Gagne ada 4 (empat) fase dalam proses belajar, yaitu :
a. Apprehending phase
(fase penerimaan)
Pada
fase ini, rangsangan diterima oleh seseorang yang belajar. Ada beberapa
langkah, pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah
pencatatan.
b. Acquisition phase (fase
penguasaan)
Akan
dapat dilihat apakah seseorang belajar atau belum. Orang yang telah belajar
dapat dibuktikan dengan memperlihatkan adanya perubahan pada kemampuan atau
sikapnya.
c. Storage phase (fase
pengendapan)
Sesuatu
yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat
digunakan kembali bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan
kenangan.
d. Retrieval phase (fase
pengungkapan kembali)
Apa
yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan dalam ingatan dengan maksud untuk
digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan apa
yang disimpan, maka kita harus mengeluarkan dari tempat penyimpanan tersebut,
dan inilah yang disebut dengan pengungkapan kembali.
Menurut Gagne, fase pertama dan
kedua merupakan stimulus. Dimana terjadinya proses belajar, sedangkan pada fase
ketiga dan keempat merupakan hasil belajar.
3.
Implikasi dari teori Gagne dalam pembelajaran
a. Mengontrol
perhatian siswa
b. Memberikan
informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang diharapkan guru.
c. Merangsang
dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan siswa.
d. Penyajian
stimuli yang tidak bisa dipisahkan dari tugas belajar.
e. Memberikan
bimbingan belajar.
f. Memberikan
umpan balik
g. Memberikan
kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang telah dicapainya.
h. Memberikan
kesempatan untuk berlangsungnya transfer
of learning.
i. Memberikan
kesempatan untuk melakukan praktek dan penggunaan kemampuan yang baru
diberikan.
Gagne juga menyatakan bahwa untuk dapat
memperoleh dan mennguasai kelima kategori kemampuan belajar tersebut, ada
sejumlah kondisi yang perlu diperhatikan oleh pendidik. Ada kondisi belajar
internal yang timbul dari memori peserta didik sebagai hasil belajar
sebelumnya, dan ada sejumlah kondisi eksternal ditinjau dari peserta didik. Kondisi
eksternal ini bila diatur dan dikelola dengan baik merupakan usaha untuk
membelajarkannya, misalnya pemanfaatan atau penggunaan berbagai media dan
sumber belajar.
a.
Kondisi Belajar internal : Prasyarat
internal untuk mempelajari kapabilitas tertentu dan seperangkat proses belajar
kognitif.
b.
Kondisi Belajar eksternal : Berupa
dukungan lingkungan seperti stimuli dari lingkungan yang berinteraksi dengan
proses pembelajaran.
C.
PEMBAHASAN
Dari kerangka belajar yang
dideskripsikan oleh Robert Gagne kami akan mencoba mendeskripsikan kerangka
belajar yang kami lihat pada kelas yang kami observasi:
1. Lima
ragam belajar :
a. Pada
saat proses pembelajaran berlangsung informasi verbal dalam kelas antara guru
dengan murid berjalan dengan baik karena guru menguasai topik yang dibahas
dalam kelas dan murid juga dapat menangkap dan menguasai dengan baik informasi
yang diberikan oleh guru. Hal ini terlihat ketika guru bertanya murid dapat
menjawabnya dengan baik.
b. Hal
ini juga menunjukkan keterampilan intelektual dari murid didalam kelas
tersebut, yang mana pada saat pagi hari mereka belajar bahasa inggris kemudian
melangsungkan ujian diakhir pembahasan dan disiang harinya mereka belajar kimia
yang membahas mengenai pengukuran hukum newton dan unsur senyawa yang kompleks.
c. Strategi
kognitif juga berjalan pada saat proses belajar. Hal ini terlihat setelah
selesai pembahasan mereka melakukan ujian menyusun kata dalam bahasa inggris
untuk dapat mengingat kembali pembahasan yang sudah dibahas. Dan disiang
harinya mereka juga mengunakan ingatan dan pemikiran mereka saat mereka belajar
mengenai jumlah atom molekul dari unsur senyawa kimia.
d. Untuk
hal keterampilan motorik dan gerak ruang tidak terlihat karena pada proses
belajar yang sedang berlangsung tidak dibutuhkan gerakan-gerakan atau keterampilan
motorik dari siswa.
e. Dan
yang terakhir kategori sikap, hal inilah yang menurut kelompok terlihat kurang
baik didalam kelas baik pagi maupun siang hari karena suasana kelas yang kurang
tertib, guru kurang mampu mengontrol, dan menguasai kelas. Pada saat
berlangsungnya ujian bahas inggris, murid-murid terlihat saling mengobrol.
Padahal ada guru yang sedang mengawasi jalannya ujian. Siang harinya saat guru
bertanya para murid memang dapat menjawab dan menjelaskan namun dengan serentak
oleh beberapa orang dengan suara yang menurut kami terlalu kuat dan terkesan
disengaja. Sehingga kelas menjadi riuh.
2. Fase-fase
belajar
a.
Apprehending
phase (fase penerimaan)
Pada
fase ini, murid dapat menerima rangsangan dari guru dengan memperhatikan
penjelasan dari guru, menjawab pertanyaan ataupun mengajukan pertanyaan, dan
kemudian ada beberapa dari murid yang mencatat pelajaran, namun ada juga yang
tidak mencatat ulang pelajaran tersebut.
b.
Acquisition
phase (fase penguasaan)
Fase
ini dapat terlihat dari ketika guru memberikan pertanyaan kemudian murid-murid
yang sudah belajar terlebih dahulu dapat menjawab sesuai dengan yang
dijelaskannya oleh guru tersebut, sebaliknya murid-murid yang belum belajar
tidak dapat menjawab pertanyaan yang di ajukan.
c.
Storage
phase (fase pengendapan)
Sesuatu
yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat
digunakan kembali bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan
kenangan. Dimana guru menanyakan kembali unsur-unsur atom yang sebelumnya sudah
dijelaskan agar murid-murid dapat mengingat ulang dan mempermudah murid dalam
proses belajar selanjutnya.
d.
Retrieval
phase (fase pengungkapan kembali)
Jika
kita akan menggunakan apa yang disimpan, maka kita harus mengeluarkan dari
tempat penyimpanan tersebut, dan inilah yang disebut dengan pengungkapan
kembali. Setelah murid-murid dapat mengingat kembali seperti yang sudah
dijelaskan pada fase sebelumnya, kemudian murid dianjurkan untuk mengungkapkan
singkatan-singkatan dari unsur-unsur atom tersebut secara bersamaan dengan
suara lantang.
Menurut Gagne kondisi belajar internal
yang timbul dari memori peserta didik sebagai hasil belajar sebelumnya, dan ada
sejumlah kondisi eksternal ditinjau dari peserta didik. Kondisi eksternal ini
bila diatur dan dikelola dengan baik merupakan usaha untuk membelajarkannya,
misalnya pemanfaatan atau penggunaan berbagai media dan sumber belajar. Dari
penjelasan diatas kelompok juga mengobservasi kondisi belajar internal dan
eksternalnya :
1. Kondisi
Belajar Internal:
a. Dilihat
dari observasi yang kami lakukan proses pembelajaran dalam kelas prasyarat
internal untuk menguasai kemampuan tertentu sudah dimiliki oleh guru dan para
murid karena dalam proses belajar guru dan para murid dapat menguasai materi,
hal ini terlihat ketika mereka mengikuti ujian dan kemudian belajar mengenai
unsur senyawa mereka dapat menghapal unsur yang menyusun suatu zat atau
senyawa.
b. Dalam
hal seperangkat proses kognitif menurut hasil observasi kami sudah terlibat
dengan cukup baik didalam proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dari ingatan
untuk menjawab ujian dan mengenai unsur-unsur penyusun suatau zat senyawa,
jumlah nilai atom dan nilai molekulnya. Yang tentu melibatkan proses kognitif
didalamnya.
2. Kondisi
belajar eksternal:
a. Kami
melihat hal ini sebagai dukungan eksternal yang diberikan pada seluruh komponen
didalam kelas yang berasal dari sekolah seperti pemberian fasilitas yang
menurut kami sudah sangat baik seperti adanya AC, penggunaan LCD, proses
pembelajaran menggunakan teknologi yang baik. Hal ini terlihat dari proses
pembelajaran dimana guru juga menyajikan materi dalam bentuk power point yang kemudian dibantu
penggunaan white board juga sehingga
menurut kami stimuli dan dukungan secara eksternal dapat dimanfaatkan untuk
proses pembelajaran yang lebih baik.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Pembelajaran menurut Robert Gagne
hendaknya mampu menimbulkan peristiwa belajar dan proses kognitif. Peristiwa
belajar adalah peristiwa yang dapat menimbulkan minat dan memusatkan perhatian
agar peserta didik siap menerima pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran
agar peserta didik mengetahui apa yang diharapkan dalam pembelajaran tersebut,
mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang
merupakan prasyarat, memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar,
memberikan umpan balik, evaluasi belajar, dan memperkuat referensi dan transfer
belajar.
Sistematika “lima jenis belajar” lebih
bermanfaat untuk diterapkan dalam menganalisis proses belajar mengajar di
sekolah karena dibedakan dengan tegas antara aspek hasil dan aspek proses dalam
pembelajaran.
Menurut kelompok, kesimpulan dari hasil
observasi adalah ruangan kelas X TKJ 1 tidak memiliki pintu sehingga murid yang
sedang belajar menjadi kurang berkonsentrasi. Kurangnya disiplin dalam hal
pengontrolan murid-murid yang ada didalam kelas. Mungkin dikarenakan hubungan
murid dan guru yang sangat dekat sehingga murid menganggap guru tersebut
sebagai teman akrab. Dan juga penataan bangku yang kurang rapi dan kurang
kondusif pada saat pembelajaran berlangsung.
B.
Saran
Saran dari hasil observasi kelompok :
·
Sebaiknya ruangan kelasnya diberi pintu
sehingga tidak mengganggu suasana belajar di dalam kelas.
·
Guru yang mengajar sebaiknya lebih tegas
terhadap siswanya, sehingga tidak ada yang mengobrol atau mencontek saat ujian
berlangsung.
·
Sebaiknya guru mengontrol penggunaan gadget (laptop, ataupun handphone).
·
Dalam pentataan bangku kelas juga
sebaiknya lebih teratur, sehingga suasana belajar lebih kondusif.
·
Kebersihan kelas sebaiknya juga dapat
diperhatikan sehingga memberikan kenyamanan untuk guru dan murid-muridnya.
Daftar
Pustaka
Gredler,
Margaret.E.2011.Learning and Instruction.Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
http://www.tritech.sch.id/
: diunduh pada tanggal 8 Desember 2013
http://09100ag.blogspot.com/